Puluhan PKL Geruduk DPRD Semarang Bawa Poster “Bukan Koruptor”

Diposting pada

SEMARANG, Checkbind.com – Puluhan PKL Geruduk DPRD Semarang Bawa Poster “Bukan Koruptor”. Aksi protes menggemparkan terjadi di Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (21/5/2025). Puluhan pedagang kaki lima (PKL) dari Jalan Hasanuddin dan Jalan Madukoro tiba-tiba membanjiri kantor pemerintah kota. Mereka tak datang dengan tangan kosong—poster-poster berisi tuntutan teracung tinggi, seperti “PKL ora golek mapan, mung golek penghidupan”“Jangan matikan PKL”, sampai kalimat pedas “Kami cuma jualan, bukan koruptor”.

Puluhan PKL Geruduk DPRD Semarang. Tak berhenti di luar, massa langsung menerobos Ruang Paripurna DPRD Kota Semarang. Begitu masuk, suasana berubah bak konser mini. Mereka menyanyikan lagu legendaris Iwan Fals, “Surat Buat Wakil Rakyat”, dengan lantang.

Zainal Abidin Petir, kuasa hukum para PKL, langsung angkat bicara. Ia menegaskan, kliennya sudah puluhan tahun mengais rezeki di lokasi itu—bahkan ada yang sampai dua dekade! “Lihat realitanya!” sambat Zainal, suaranya bergetar. “Kalau mereka berhenti jualan hari ini, besok anak-istri mereka akan menangis kelaparan!”

Ia juga menyoroti ironi di balik kebijakan pemkot.  “Jalan itu sekarang bagus, luas, dan rame di malam hari. PKL jualan sambil refreshing. Meski hujan atau bau sungai menyengat, mereka tetap bertahan. Prinsipnya sederhana: sesuk payu mangan, ora payu ora mangan (besok laku ya makan, nggak laku ya nggak makan),” ujarnya sambil menyindir.

Menurutnya, surat edaran dan kedatangan Satpol PP lengkap dengan truk penggusur cuma bikin pedagang ketakutan. “Bagi mereka, lihat Satpol PP saja sudah bikin jantung berdebar,” ungkapnya.

Masalahnya, Peraturan Wali Kota (Perwal) baru menetapkan kawasan itu sebagai zona terlarang bagi PKL. Tapi alih-alih dapat solusi, para pedagang malah ditawari relokasi ke tempat sepi dan kumuh. “Ini kan menyakitkan! Mereka butuh keramaian, tapi malah dipindah ke lokasi yang seperti kuburan,” sindir Zainal.

Baca Juga: Barak Militer Gelombang 2

Suasana di Ruang Paripurna DPRD Semarang pun memanas. Para PKL tak hanya berorasi, tapi juga menyanyikan lagu Iwan Fals dengan penuh emosi. Surat Buat Wakil Rakyat” menyindir anggota dewan yang teledor terhadap nasib rakyat kecil.

“Mereka bukan pengacau, cuma rakyat yang ingin hidup layak,” tambah Zainal. Ia menegaskan, aksi ini bukan sekadar protes, tapi jeritan hati warga kecil yang terus dipinggirkan.

Di sisi lain, pemkot berdalih relokasi demi ketertiban dan pembangunan. Tapi bagi PKL, itu sama saja dengan memutus nafas hidup mereka. Kami tidak menuntut fasilitas mewah,” tegas seorang pedagang yang memilih merahasiakan identitasnya, sambil menambahkan, “Yang kami minta cuma lokasi berjualan di tempat ramai seperti ini!

Aksi ini jelas jadi ujian berat bagi pemerintah kota. Di satu sisi, ada tuntutan pembangunan, tapi di sisi lain, ribuan nyawa bergantung pada lapak mereka.

Zainal mendesak pemkot untuk duduk bersama dengan PKL. “Jangan asal keluarkan perwal tanpa dialog. Dengarkan dulu suara mereka,” pintanya. Ia juga mengusulkan penataan PKL alami, bukan dengan cara menggusur. “Kalau perlu, buatkan zonasi khusus PKL yang tetap ramai tapi tertata,” tambahnya.

Sementara itu, aksi di DPRD Semarang masih berlanjut. “Kami bukan pencuri uang rakyat! Kami rakyat jelata yang menggantungkan nasib di trotoar ini!” ganyang seorang ibu pedagang, memicu gelombang teriakan setuju dari kerumunan

Aksi ini membuktikan satu hal: warga kecil punya daya lenting yang kuat. Mereka mungkin tak punya kuasa, tapi keberanian mereka untuk bersuara tak bisa dipandang sebelah mata. Sekarang, bola ada di tangan pemkot. Mau didengar, atau malah jadi bahan lagu protes berikutnya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *