Kepala Desa Sempat Cegah Pernikahan Dini, Tapi Gagal, Simak Kronologinya

Diposting pada

MATARAM, checkbind.com – Kepala Desa Sempat Cegah Pernikahan Dini, Tapi Gagal. Sebuah video Nyongkolan (iringan pengantin) pasangan remaja di Lombok Tengah tiba-tiba viral di media sosial. Pasangan ini adalah YL (15), siswi kelas 1 SMP, dan RN (16), siswa kelas 1 SMK. Prosesi adat Sasak ini ramai diarak dengan Gendang Beleq dan musik Kecimol, lengkap dengan patung kuda Sasak (jaran kampus) yang ditunggangi pengantin.

Yang bikin netizen heboh, pengantin perempuan terlihat marah-marah sambil joget selama acara. Video yang diunggah akun Facebook @Diyok Stars ini sudah ditonton lebih dari 2,1 juta kali! Lalu, bagaimana cerita sebenarnya sampai pernikahan anak di bawah umur ini terjadi?

baca Juga: Hujan di Bekasi, Warga Tambun Hadapi Banjir

Kepala Desa Sukaraja, Lalu Januarsa Atmaja, mengakui bahwa mempelai pria adalah warga desanya. Dia bercerita, tiga minggu sebelum pernikahan viral ini, pasangan ini sempat melakukan kawin culik (tradisi melarikan calon pengantin perempuan).

“Waktu itu, kami sudah berusaha memisahkan mereka. Kadus (Kepala Dusun) turun tangan dan berhasil melerai,” jelas Januarsa. Sayangnya, tiga minggu kemudian, RN nekat membawa YL kabur ke Sumbawa selama dua hari dua malam!

Keluarga kedua belah pihak sama sekali tidak tahu. Begitu pulang, desa kembali berupaya memisahkan mereka. Namun, kali ini, orang tua YL menolak.”Keluarga perempuan tidak mau lagi menerima anaknya karena RN sudah membawa kabur YL selama dua hari dua malam,” jelas Januarsa.

Upaya Desa Gagal, Orang Tua Malah Ngeyel

Januarsa mengaku sudah berusaha maksimal. “Kami dua kali coba pisahkan, tapi mereka tetap nggak mau. Akhirnya, kami lepas tangan. Kami sudah ingatkan, ini kan masih anak di bawah umur,” tegasnya.

Meski begitu, orang tua kedua mempelai malah bersikeras melanjutkan pernikahan. Bahkan, mereka memaksa menggunakan Gendang Beleq saat Nyongkolan, meski sudah dilarang desa. “Besannya yang ngotot harus pakai Gendang Beleq,” ucap Januarsa kesal.

Dia mengaku paham alasan orang tua menikahkan anaknya—khawatir muncul fitnah. Tapi, Januarsa tetap menyesalkan karena pernikahan dini sebenarnya bisa dicegah.

Selain usia mereka yang masih sangat muda, aksi YL yang marah-marah sambil joget jadi sorotan. Netizen ramai berkomentar, ada yang kasihan, ada juga yang menyayangkan keputusan orang tua.

Pemerintah desa sebenarnya sudah berusaha, tapi keinginan keluarga lebih kuat. Akhirnya, pernikahan pun berlangsung dengan pesta besar, meski menuai pro-kontra.

Kasus ini jadi bukti bahwa pernikahan anak masih jadi tantangan serius di Lombok Tengah. Meski ada upaya pencegahan, kuatnya tradisi dan tekanan keluarga seringkali mengalahkan pertimbangan hukum dan psikologis.

Januarsa berharap kejadian ini tidak terulang. “Kami sudah berusaha, tapi kalau keluarga tidak mau dengar, ya susah,” tutupnya.

Sementara itu, warganet masih ramai membahas video viral itu. Ada yang prihatin, ada juga yang mengkritik mengapa pernikahan dini masih dianggap biasa di beberapa daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *