BMKG: Waspada Hujan Lebat di Demak dan Grobogan

Diposting pada

Checkbind.com – BMKG: Waspada Hujan Lebat di Demak dan Grobogan. wilayah Semarang dan sekitarnya justru diguyur hujan deras disertai petir. BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang menjelaskan, kondisi ini terjadi karena dinamika atmosfer yang belum stabil. Akibatnya, Jawa Tengah mengalami fenomena unik bernama kemarau basah.

Kemarau basah adalah kondisi di mana hujan tetap turun dengan intensitas tinggi meski seharusnya memasuki musim kemarau. Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan bahwa perubahan iklim dan dinamika atmosfer memicu fenomena ini dengan mengganggu pola cuaca.

Gempita Icky Dzikrillah, Prakirawan BMKG Stasiun Ahmad Yani, memaparkan bahwa suhu permukaan laut di sekitar Indonesia masih hangat, sehingga penguapan tinggi memicu pembentukan awan hujan. “Biasanya, siklon tropis yang muncul di utara menandai musim kemarau dan membuat cuaca menjadi cerah.” Tapi sekarang, siklon itu belum terbentuk, jadi hujan masih sering terjadi,” jelas Icky, Jumat (23/5/2025).

Fenomena ini tidak hanya terjadi di daerah pegunungan, tapi juga melanda dataran rendah dan pesisir seperti Semarang, Demak, dan Grobogan. Beberapa wilayah bahkan sempat kebanjiran karena hujan lebat yang datang tiba-tiba dalam durasi singkat.”Demak dan Grobogan masih berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat.” Masyarakat harus tetap waspada,” tambah Icky.

BMKG mencatat, akumulasi hujan di beberapa daerah bisa mencapai 50 mm per hari. Kadang, hujan datang dalam rintikan ringan tapi lama, atau justru deras namun singkat. Oleh karena itu, BMKG mengingatkan warga untuk selalu siaga menghadapi cuaca ekstrem yang bisa berubah cepat. Prediksi BMKG, hujan masih akan sering terjadi di Jawa Tengah selama sepekan ke depan.

Fenomena kemarau basah ini bukan hanya mengganggu aktivitas harian, tetapi juga berpotensi memicu bencana seperti banjir dan tanah longsor. Pemerintah setempat telah mengimbau warga untuk memperkuat saluran drainase dan menghindari daerah rawan banjir. Selain itu, petani diminta menyesuaikan pola tanam karena musim yang tidak menentu.

Jawa Tengah saat ini menghadapi fenomena kemarau basah akibat anomali cuaca. Suhu laut yang masih hangat dan belum terbentuknya siklon tropis memicu kondisi ini. BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada karena hujan lebat bisa datang secara tiba-tiba.

Dengan memahami fenomena ini, diharapkan warga bisa lebih siap menghadapi cuaca ekstrem yang mungkin masih berlanjut dalam waktu dekat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *