PALEMBANG, checkbind.com – Besok, Ojol di Palembang Bakal “Offline” Sehari: “Ini untuk Perubahan!”. Besok, Selasa (20/5/2025), ribuan ojek online (ojol) di Palembang, Sumatera Selatan, bakal turun ke jalan untuk melakukan aksi protes. Mereka dengan tegas akan mematikan aplikasi atau off-bid seharian penuh sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan sepihak perusahaan yang selama ini merugikan para driver.
Tak hanya berhenti di situ, para ojol juga bersiap menyuarakan keluh kesah mereka secara langsung di depan gedung DPRD Sumsel.
Muhammad Asrul Indrawan, Ketua Umum DPD Asosiasi Driver Online (ADO) Sumsel, secara tegas menyatakan bahwa aksi ini bukanlah mogok kerja biasa. “Ini murni seruan perubahan!” tegasnya. Ia pun memohon maaf kepada masyarakat Palembang yang mungkin akan kesulitan memesan ojol besok. “Jalanan mungkin lebih padat dari biasa, tapi kami hanya butuh satu hari untuk didengar,” jelas Asrul.
Untuk memperkuat tekad, para driver juga akan menggelar shalawat bersama dan shalat istighosah sebagai bentuk perlawanan yang damai. “Kami ingin buktikan bahwa ojol bisa bersuara dengan cara terhormat,” tambah Asrul.
Dengan aksi ini, para ojol berharap perusahaan dan pemerintah segera bertindak. “Kami bukan sekadar angka di aplikasi, kami penggerak ekonomi riil!” tegas Asrul.
Muhammad Asrul Indrawan, Ketua Umum DPD Asosiasi Driver Online (ADO) Sumsel, menjelaskan bahwa aksi ini bukan sekadar mogok kerja, melainkan seruan perubahan. Selain off-bid, ribuan driver akan berkumpul di gedung DPRD Sumsel untuk menyuarakan tuntutan mereka.
“Kami mohon maaf kepada warga Palembang kalau besok susah cari driver dan jalanan mungkin lebih macet. Tapi, ini cuma sehari. Kami bukan mogok, kami hanya ingin didengar,” tegas Asrul, Senin (19/5/2025).
Asrul menegaskan, aksi ini akan berlangsung tertib tanpa provokasi. Mereka bahkan menggelar shalawat dan shalat istighosah sebagai bentuk perlawanan yang santun. “Kami punya iman dan etika. Kami ingin diperlakukan dengan hormat,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia mengajak seluruh driver online di Sumsel—baik yang datang langsung atau tidak—untuk ikut berpartisipasi dengan komitmen off-bid seharian. “Ini tekanan buat pemerintah agar lebih serius melindungi nasib kami. Jangan cuma nitip kebijakan!” tambahnya.
Hendi (40), salah satu driver yang sudah bergabung sejak 2016, mengeluhkan potongan komisi yang kini melebihi 10%. Ia memberi contoh, dari orderan Rp15.000, ia cuma dapat Rp8.000. “Ya, bagaimana kami bisa hidup kalau terus dirugikan seperti ini?” keluhnya.
Sebelum jadi ojol, Hendi bekerja sebagai kepala gudang sparepart motor. Ia tergiur beralih profesi setelah melihat temannya bisa dapat Rp350.000–Rp400.000 per hari. “Dulu, aplikator benar-benar memihak driver. Bonus banyak, potongan kecil,” kenangnya.
Baca juga: PT Telkom Indonesia: Kami Menghormati Penyidikan Kejaksaan
Namun, situasi berubah drastis setelah Nadiem Makarim mundur dari posisi CEO Gojek. Menurut Hendi, sejak itu, komisi dan bonus dipangkas habis-habisan. “Sekarang, kebijakan berubah seenaknya. Potongan makin gila, tapi kami tidak pernah diajak bicara,” protesnya.
Asrul menegaskan, aksi ini murni bentuk perlawanan terhormat. “Kami ingin buktikan bahwa driver online bisa bersuara tanpa anarkis. Jangan remehkan kami!” tegasnya.
Dengan aksi ini, para ojol berharap perusahaan dan pemerintah segera mengambil tindakan. “Kami bukan sekadar angka di aplikasi. Kami tulang punggung ekonomi riil!” pungkas Asrul.