setelah sebelumnya mencapai level terendah dalam sembilan bulan. Tekanan harga mulai meluas seiring
setelah sebelumnya mencapai level terendah dalam sembilan bulan. Tekanan harga mulai meluas seiring

Inflasi AS Diprediksi Melonjak, Dampak Tarif Trump Mulai Terasa

Diposting pada

Checkbind.com — Inflasi AS Diprediksi Melonjak pada Akhir Mei 2025 setelah sebelumnya mencapai level terendah dalam sembilan bulan. Tekanan harga mulai meluas seiring perusahaan-perusahaan yang bersiap menaikkan tarif akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan.

Survei Bloomberg memproyeksikan inflasi inti (tanpa pangan dan energi) akan melonjak 0,3% pada April, mengungguli kenaikan 0,1% di Maret. Namun, para ekonom memperingatkan bahwa dampak sebenarnya dari kenaikan tarif impor masih akan terus berdenyut dalam beberapa bulan ke depan sebelum mencapai puncaknya.

Konsumen Mulai Merasakan Tekanan

Kenaikan inflasi tidak hanya membebani bisnis, tetapi juga langsung menghantam kantong konsumen. Analis memprediksi kekhawatiran masyarakat terhadap kondisi ekonomi dan pasar kerja akan terlihat jelas dalam laporan penjualan ritel Kamis mendatang. Padahal sebelumnya, penjualan sempat melonjak 1,5% di akhir kuartal pertama. Namun untuk bulan April, para ahli memperkirakan angka penjualan akan mandek, dengan penurunan permintaan mobil menjadi penyebab utama.

Di sisi lain, perusahaan kini menghadapi dilema. Di satu sisi, mereka harus menaikkan harga untuk menutupi beban tarif, tetapi di sisi lain, risiko kehilangan pelanggan semakin besar. Akibatnya, banyak pelaku usaha memilih menunda kenaikan harga sambil menunggu kepastian arah kebijakan perdagangan yang masih fluktuatif.

Pemerintah Trump Beri Keringanan Sementara

Pemerintahan Trump kabarnya mulai melonggarkan sebagian tarif secara temporer guna mempercepat kesepakatan dagang bilateral. Menteri Keuangan Scott Bessent bersama Perwakilan Dagang Jamieson Greer mengonfirmasi adanya “terobosan signifikan” dalam perundingan dengan China usai pertemuan intensif di Swiss akhir pekan lalu.

Meski demikian, analis Bloomberg menilai inflasi masih terkendali karena permintaan yang mulai melambat. Banyak pengecer kesulitan menaikkan harga tanpa kehilangan pembeli, sehingga efek tarif terhadap inflasi mungkin tidak sebesar yang semula diperkirakan.

Biaya Input Naik, PPI Jadi Sorotan

Tekanan harga juga terlihat dari survei produsen dan penyedia jasa yang melaporkan kenaikan biaya input. Kondisi ini berpotensi memicu penyesuaian harga dalam waktu dekat. Data Indeks Harga Produsen (PPI) April yang akan dirilis Kamis nanti akan menjadi indikator penting untuk mengukur tren ini.

The Fed Waspadai Inflasi dan Pengangguran

Sementara itu, The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga dalam rapat 7 Mei lalu. Namun, bank sentral mulai memberi sinyal bahwa kebijakan perdagangan bisa menjadi sumber tekanan inflasi baru sekaligus berpotensi meningkatkan angka pengangguran.

Pekan ini menjadi momen krusial bagi pasar. Selain data inflasi dan ritel, investor akan mencermati laporan klaim pengangguran mingguan, survei ekspektasi inflasi dari University of Michigan, serta data pembangunan perumahan dan produksi industri. Sejumlah pejabat The Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, juga dijadwalkan memberikan pandangan terbaru tentang kebijakan moneter.

Dengan berbagai faktor yang saling memengaruhi, pasar keuangan dan bisnis harus bersiap menghadapi volatilitas dalam beberapa bulan ke depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *